Jumat, 30 April 2010

ITB Mencari Mahasiswa Pintar tapi Gaul


Image : ist.
INSTITUT Teknologi Bandung (ITB) dikenal sebagai kampus yang melahirkan dua mantan Presiden RI Presiden pertama RI Soekarno dan Presiden ketiga, Bacharuddin Jusuf Habibie, merupakan jebolan kampus di Jalan Ganeca No 10, Kota Bandung, ini.

Indonesia mengenal ITB seperti halnya ITB mengenal Indonesia. Lulusan ITB mengisi pos-pos penting di republik ini. Kampus yang resmi berdiri pada 2 Maret 1959 (dengan nama ITB) ini kini bertengger di peringkat 351 kampus terbaik dunia. Di Indonesia, ITB duduk di peringkat ketiga di bawah UI dan UGM.

“Kami menjaring individu-individu berkualitas, yang pintar tapi gaul,” kata Direktur Pendidikan Direktorat Pendidikan ITB Kadarsyah Suryadi.

Artinya, kata Kadarsyah, ITB mencari mahasiswa yang bukan hanya pintar secara kognitif, tapi sekaligus mampu merefleksikan perkembangan gaya hidup dan ilmu pengetahuan.
Salah satu dari tujuh kampus di Indonesia yang berstatus badan Hukum milik negara (BHMN) ini membuka tiga jalur penerimaan mahasiswa baru.

Selain seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN), ITB juga membuka jalur lain secara mandiri. Jalur pertama, melalui penelusuran minat bakat dan potensi (PMBP). PMBP digelar di Jakarta, Bandung, Medan, Balikpapan, Pekanbaru, Makasar, Denpasar, Surabaya, dan kota-kota besar lainnya.

Namun, PMBP di daerah telah rampung pada Maret lalu.Mahasiswa hasil seleksinya pun telah diketahui. PMBP juga digelar secara terpusat di Kota Bandung yang akan digelar pada 29 dan 30 Mei 2010. Pendaftaran PMBP terpusat sudah dimulai sejak 19 April lalu hingga beberapa hari menjelang pelaksanaan tes. Di jalur ini tersedia 1.000 kursi.

PMBP ITB menyertakan dua pilihan fakultas yang tidak diikutsertakan di SNMPTN yakni Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) yang menyediakan 160 kursi dan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) 100 kursi.

ITB juga menyelenggarakan program kemitraan. Untuk program ini, ITB menggandeng pemerintah daerah, instansi pemerintah, dan perusahaan swasta yang menjadi mitra ITB.

“Beberapa pemerintah daerah juga sudah mengajukan nama-nama untuk kami seleksi termasuk Pemprov Jabar. Seleksinya sudah rampung berbarengan dengan PMBP di daerah,” jelas Kadarsyah.

Dia melanjutkan, berkuliah di ITB banjir beasiswa. Ada beasiswa ITB untuk semua (BIUS) yang dipelopori para alumni ITB.

Ada pula Bidik Misi, beasiswa program pemerintah pusat. Kedua beasiswa ini mencari calon mahasiswa yang memiliki potensi akademik mumpuni namun penghasilan keluarga per bulannya di bawah upah minimum kabupaten/kota.

Sebanyak 100 kursi sudah disiapkan untuk mahasiswa yang menerima beasiswa BIUS. Beasiswa Bidik Misi dan BIUS menanggung semua biaya sekolah dan biaya hidup mahasiswa selama menempuh studi. Untuk Bidik Misi, ITB mendapat jatah 450 kursi. ITB juga menyediakan beasiswa ekonomi lemah.

“Yang ini untuk mahasiswa yang penghasilan orangtuanya di atas UMK, tapi masih belum cukup,” jelas Kadarsyah. Syaratnya antara lain, orang tua calon harus PNS Golongan I dan Golongan II atau guru dengan besar gaji tidak melebihi gaji PNS golongan II.

Orang tua calon mahasiswa juga bisa anggota TNI/Polri setinggi- tingginya berpangkat bintara, pensiunan PNS Golongan III dan keluarga berpenghasilan rendah seperti halnya petani,nelayan,dan lain-lain.

Beasiswa ini membebaskan mahasiswa dari biaya pendidikan di muka (BPM). ITB juga memberikan beasiswa minat. Beasiswa ini diberikan kepada peminat program studi tertentu yang kurang dikenal masyarakat, meskipun keahliannya sangat diperlukan di pasar kerja nasional maupun global, seperti halnya Astronomi, Oseanografi, Meteorologi, Teknik Metalurgi, dan Teknik Fisika. (krisiandi sacawisastra)
sumber okezone.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar